Cina Diguncang Gempa 6,6 SR, 100 Tewas

Cina Diguncang Gempa 6,6 SR, 100 Tewas
REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Sekitar 100
orang dikhawatirkan meninggal atau terluka akibat gempa berkekuatan 6,6 Skala
Richter yang melanda wilayah di dekat kota
Ya'an di provinsi Shichuan, daerah paling ujung baratdaya, Cina, Sabtu (20/4).Kekuatan guncangan gempa ini mendekati gempa dahsyat pada 2008 yang merenggut hampir 70 ribu korban jiwa. Gempa bumi itu terjadi sekitar pukul 08.02 pagi waktu setempat di daerah Lushan, dengan pusat gempa pada kedalaman 13 km, lapor kantor berita Cina, Xinhua.
"Guncangan gempa juga dirasakan penduduk di provinsi terdekat dan di Ibukota provinsi Sichuan, Chengdu, sehingga banyak warga yang menghambur keluar rumah dan gedung," demikian tulisan pada jejaring sosial Sina Weibo mirobloging yang menyerupai Twitter.
Xinhua melaporkan, ada dua korban dipastikan meninggal, sedangkan laporan media lain dan jejaring sosial menyebut kemungkinan 100 orang yang meninggal.
Beberapa kali gempa susulan terjadi sesaat kemudian, termasuk yang terhebat berkekuatan 5,1 SR, mengguncang Lushan dan Baoxing pada pukul 08.07.
Pusat Peneliti Geologi Amerika Serikat semula mencatat gempa tersebut pada magnitude 7, tetapi kemudian menurunkannya. Penduduk di Chengdu, sekitar 140 km dari Ya'an mengatakan kepada Xinhua, ia sedang berada di dalam gedung pada lantai 13 saat merasakan gempa. Gedung bergoyang sekitar 20 menit dan ia melihat ubin berjatuhan dari gedung-gedung di sekitarnya.
Gempa Iran Terkuat dalam 40 Tahun

TEMPO.CO,
Jakarta -Gempa bumi
berkekuatan 7,8 skala Richter yang menghantam Iran sekitar pukul 10.45 GMT,
Selasa, 16 April 2013 terbilang sangat kuatnya. Gempa kuat serupa pernah
terjadi di Provinsi Sichuan,
Cina, pada tahun 2008 dan menewaskan sekitar 68.000 orang.
Seorang pejabat Iran yang dikutip Reuters mengatakan, ratusan orang diperkirakan tewas akibat gempa. "Ini adalah gempa terbesar di Iran dalam 40 tahun dan kami perkirakan ratusan tewas," kata pejabat, yang enggan disebut namanya itu.
Menurut kantor berita Iran, Fars News Agency, saat gempa terjadi orang-orang di kota Zahedan tumpah ruah ke jalan-jalan. Kepala Bulan Sabit Merah Iran Mahmoud Mozaffar kepada televisi pemerintah mengatakan semua komunikasi di daerah tersebut telah diputus dan tim penyelamat telah dikirim ke daerah yang terkena bencana.
"Lima tim evaluasi dari Khash dan cabang Saravan dikirim ke daerah itu untuk menilai kerusakan," kata Mozaffar. Ratusan orang dikhawatirkan tewas setelah gempa besar melanda wilayah perbatasan antara Iran dan Pakistan itu.
Getaran gempa dirasakan di kawasan Teluk, seluruh Pakistan, hingga ke baratlaut India. Badan Survei Geologi Amerika Serikat atau USGS, mengatakan gempa berkekuatan 7,8 SR berada 80 kilometer di sebelah timur tenggara dari kota Khash, Iran.
Meskipun wilayah ini sebagian besar gurun dan pegunungan, ada beberapa kota besar termasuk Zahedan, yang berjarak hanya 201 kilometer jauhnya, memiliki lebih dari setengah juta jiwa.
Di Delhi, 1.500 kilometer dari pusat gempa di Iran, sejumlah pekerja kantor dievakuasi. Getaran yang berlangsung sekitar 30 detik membuat jendela gedung-gedung bergetar. "Itu sangat menakutkan. Semuanya mulai bergerak. Saya berlari ke jalan," kata Rajiv Khanna, seorang pekerja kantor di selatan ibukota India.
Tremor juga teras di Qatar, Bahrain dan Abu Dhabi di Teluk, di Multan di Pakistan dan tempat lain.
Pekan lalu, gempa dengan kekuatan 6,3 SR juga terjadi di Iran menyebabkan sedikitnya 37 orang meninggal dan melukai 850 orang lainnya di sebelah barat daya negara tersebut
Gempa bumi besar juga pernah terjadi tak jauh dari pusat gempa yang terjadi hari ini, di dekat kota Bam Iran, pada tahun 2003. Peristiwa itu menewaskan sekitar 30 ribu warganya.
Seorang pejabat Iran yang dikutip Reuters mengatakan, ratusan orang diperkirakan tewas akibat gempa. "Ini adalah gempa terbesar di Iran dalam 40 tahun dan kami perkirakan ratusan tewas," kata pejabat, yang enggan disebut namanya itu.
Menurut kantor berita Iran, Fars News Agency, saat gempa terjadi orang-orang di kota Zahedan tumpah ruah ke jalan-jalan. Kepala Bulan Sabit Merah Iran Mahmoud Mozaffar kepada televisi pemerintah mengatakan semua komunikasi di daerah tersebut telah diputus dan tim penyelamat telah dikirim ke daerah yang terkena bencana.
"Lima tim evaluasi dari Khash dan cabang Saravan dikirim ke daerah itu untuk menilai kerusakan," kata Mozaffar. Ratusan orang dikhawatirkan tewas setelah gempa besar melanda wilayah perbatasan antara Iran dan Pakistan itu.
Getaran gempa dirasakan di kawasan Teluk, seluruh Pakistan, hingga ke baratlaut India. Badan Survei Geologi Amerika Serikat atau USGS, mengatakan gempa berkekuatan 7,8 SR berada 80 kilometer di sebelah timur tenggara dari kota Khash, Iran.
Meskipun wilayah ini sebagian besar gurun dan pegunungan, ada beberapa kota besar termasuk Zahedan, yang berjarak hanya 201 kilometer jauhnya, memiliki lebih dari setengah juta jiwa.
Di Delhi, 1.500 kilometer dari pusat gempa di Iran, sejumlah pekerja kantor dievakuasi. Getaran yang berlangsung sekitar 30 detik membuat jendela gedung-gedung bergetar. "Itu sangat menakutkan. Semuanya mulai bergerak. Saya berlari ke jalan," kata Rajiv Khanna, seorang pekerja kantor di selatan ibukota India.
Tremor juga teras di Qatar, Bahrain dan Abu Dhabi di Teluk, di Multan di Pakistan dan tempat lain.
Pekan lalu, gempa dengan kekuatan 6,3 SR juga terjadi di Iran menyebabkan sedikitnya 37 orang meninggal dan melukai 850 orang lainnya di sebelah barat daya negara tersebut
Gempa bumi besar juga pernah terjadi tak jauh dari pusat gempa yang terjadi hari ini, di dekat kota Bam Iran, pada tahun 2003. Peristiwa itu menewaskan sekitar 30 ribu warganya.
Gempa 7,3 SR di Papua Tak Berpotensi Tsunami

Longsor Merusak 17 Rumah dan Memutuskan Rel Kereta
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Suharjono mengatakan gempa dengan kekuatan 7,3 skala Richter (SR) yang mengguncang Tolikara, Papua pada pukul 11.42 WIB, tidak berpotensi tsunami.
Pusat gempa berada di darat, 16 kilometer timur laut. "Kedalaman sekitar 66-70 kilometer dari permukaan," kata Suharjono ketika dihubungi, Sabtu, 6 April 2013.
Ia menjelaskan, jarak dari pusat gempa ke permukiman penduduk diproyeksikan sekitar 100 kilometer. Namun karena pusat gempa terjadi di darat, gempa dirasakan banyak penduduk dan hampir merata. "Sehingga untuk penduduk di Jayapura dan sekitarnya mungkin hanya merasakan sekitar 4 atau 5 SR," tuturnya.
Suharjono menambahkan, potensi tingkat kerusakan dari gempa yang terjadi di Tolikara ini tidak sehebat yang akan dihasilkan jika terjadi di Pulau Jawa atau Sumatera. "Karena penduduk dan bangunan tidak sepadat di Jawa atau Sumatera. Mungkin hanya menimbulkan retak-retak pada bangunan," katanya.
Menurut keterangan laman BMKG, ada sejumlah lokasi yang merasakan gempa, yaitu Tanah Merah, Sentani, Wamena, Jayapura, Sarmi, Timika, Mulia, Genyem, Mamberamo, Waropen, Merauke, dan Mapi.
Kemudian, menurut Mulyono Prabowo, Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, gempa susulan terjadi kembali pada pukul 14.50 WIB di Tolikara, Papua, dengan kekuatan 5,2 SR di darat, 66 kilometer di timur laut. "Kedalaman gempa 109 kilometer," kata Mulyono.
Informasi gempa susulan dibenarkan oleh Suharjono, dan ia memprediksi penduduk sudah tidak merasakan lagi gempa susulan dengan kekuatan yang lebih kecil daripada gempa yang pertama terjadi.
Gempa Jepang Terdengar Hingga Angkasa

Longsor Merusak 17 Rumah dan Memutuskan Rel Kereta
TEMPO.CO, Jakarta - Tepat hari ini dua tahun lalu pada 11 maret 2011, gempa besar melanda Jepang. Para ilmuwan mengatakan gempa itu berkekuatan 9,0 Skala Richter. Saking besarnya kekuatannya, gempa itu bahkan terdengar hingga ruang angkasa.
Menurut ilmuwan, getaran gelombang gempa yang menimbulkan tsunami setinggi empat meter itu menerobos atmosfer dan tertangkap satelit Goce. Instrumentasi super sensitif ini dapat mendeteksi gangguan yang merambat melalui udara tipis dalam jarak 255 kilometer dari bumi.
Sudah lama diketahui bahwa gempa besar akan menghasilkan gelombang akustik berfrekuensi rendah atau infrasound, sebuah tipe gemuruh pada frekuensi di bawah yang bisa ditangkap telinga manusia. Tetapi tidak ada pesawat antariksa di orbit itu yang memiliki kemampuan untuk merekamnya, hingga saat ini.
"Kami mencari sinyal ini sebelumnya dengan satelit-satelit lain dan belum menemukannya, saya rasa dibutuhkan instrumen yang luar biasa canggih," kata Rune Floberghagen dari Badan Antariksa Eropa (ESA), sebagaimana dilansir dari situs BBC.
Tapi satelit Goce mampu menangkap gelombang itu. "Akselerometer Goce 100 kali lebih sensitif dari instrumentasi lainnya dan kami mendeteksi gelombang akustik bukan sekali tapi dua kali, yang ditangkap dari Pasifik dan Eropa," kata manajer misi Goce. Hasil observasi ini diterbitkan di jurnal Geophysical Research Letters.
Goce adalah satelit yang bertugas memetakan perbedaan sangat halus dalam tarikan gaya gravitasi di sepanjang permukaan bumi akibat distribusi massa yang tidak merata di bumi. Satelit ini akan mengakhiri misi dan kembali ke bumi pada November 2013 mendatang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar