Minggu, 13 September 2015

Bagaimana Cara Ilmuwan Di Masa Lalu Dapat Mengetahui Bumi Itu Bulat & Mengukur Keliling Bumi Tanpa Alat yang Canggih??



Pernahkah kita memikirkan, bagaimana para ilmuan di masa lalu dapat mengukur Keliling Bumi?
Mengukur keliling bumi tentu saja bukan pekerjaan yang mudah, apalagi bagi ilmuan kuno yang belum memiliki alat ukur canggih seperti sekarang. Lalu bagaimana mereka sanggup melakukan pekerjaan besar ini dengan semua keterbatasan alat?

Erathostenes diyakini sebagai orang pertama yang berhasil menghitung panjang keliling bumi. Hebatnya lagi, hasil yang ia peroleh benar-benar mendekati dengan hasil perhitungan modern seperti sekarang. Ia merupakan seorang Filsuf sekaligus Ahli Matematika dari Yunani yang hidup pada 270-190 SM.

Bagaimana Cara Ia Menghitung Keliling Bumi?
Melalui pengamatan, ia mengetahui bahwa pada setiap tanggal 21 Juni, tepatnya saat Summer Solstice, di suatu kota bernama Syene, terletak di pinggiran Sungai Nil, semua sumur dapat dilihat sampai ke dasarnya, tidak ada bagian yang gelap. Artinya saat itu di sana matahari benar-benar tegak lurus dengan permukaan bumi.
Pada saat yang sama di Alexandria, suatu kota di Utara Syene yang menurut Erathostenes terletak dalam satu garis bujur yang sama dan berjarak 5000 stadia dengan kota Syene, tugu-tugu membentuk suatu bayangan dengan sudut 7,5 derajat.
Perbandingan Efek Pencahayaan Matahari Anatara Syene dan Alexandria


Dari situ, Erathostenes semakin yakin bahwa bumi memang bulat. Bukan itu saja, melalui peristiwa ini ia juga berhasil menghitung keliling bumi. Dengan mengukur sudut bayangan tugu di Alexandria dan mengukur jarak Syene-Alexandria maka dapat ditentukan berapa besar keliling bumi. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan oleh Erathostenes, sudut bayangan tugu sebesar 7,5 derajat sedangkan jarak antara Syene dan Alexandria adalah 5000 stadia.

Lalu bagaimana peristiwa tersebut dapat dijadikan dasar untuk menghitung keliling bumi?

Pertama, jika pada waktu yang sama diperoleh bahwa di suatu tempat matahari tidak membentuk bayangan dan di tempat lain yang masih satu garis bujur matahari telah membentuk bayangan dengan sudut tertentu, maka sudut tersebut merupakan sudut antara kedua kota terhadap pusat bumi.

Kedua, Jika sudut dan jarak antara kedua kota telah diketahui, maka kita dapat membuat perbandingannya dengan sudut seluruh permukaan bumi dan keliling bumi.

*Stadia adalah satuan panjang yang biasa digunakan oleh orang Yunani Kuno, yang menunjuk pada panjang arena stadium (tempat diadakannya perlombaan olah raga).
Satu Stadia kira-kira sama dengan 185 m.
Keliling Bumi : Jarak Syene_Alexandria = 360 derajat : 7,5 derajat

Erathostenes menganggap bahwa besar sudut antara kota Syene dan Alexandria (7,5 derajat) adalah kira-kira 1/50 dari sudut seluruh permukaan bumi (360 derajat).
Oleh karena itu, persamaan di atas dapat diselesaikan untuk mencari keliling bumi, yaitu:

Keliling Bumi = 50 x Jarak Syene_Alexandria = 50 x 5000 stadia = 250.000 stadia = 45.750 km.
Hasil tersebut hanya meleset sekitar 15% dari perhitungan modern. Inilah cara yang ditempuh oleh ilmuan di era yang sangat silam untuk mengukur keliling bumi.



 Bukt bumi bulat
1.Ferdinand Magellan yang mengarungi samudra hanya untuk membuktikan bahwa bumi itu bulat. (beliau berangkat dari satu titik, berlayar terus, kemudian tanpa berbalik arah, ternyata sampai pada titik awal)


2.Gambar diambil oleh satelit yang mengorbit dan stasiun ruang angkasa yang tentu definitif bukti yang paling bahwa bumi adalah sebuah bola.
3. Bumi melemparkan bayangan di Bulan selama gerhana bulan.bayangan tersebut berbentuk bulat.
4.Ketika Newton menemukan gravitasi dan mengukur gaya gravitasi, Newton berpendapat bahwa jumlah gravitasi bisa diuji di mana saja teori ini dikenal Karena gaya gravitasi kira-kira sama di dunia, itu bisa menduga bahwa bumi harus bulatJika Bumi tidak bulat, seluruh belahan akan memiliki tekanan atmosfir yang berbeda dan laut tingkat yang berbeda secara signifikan. Selain itu, gambar yang diambil dari bumi dalam 50 tahun terakhir telah membuktikan benar-benar meyakinkan bahwa Bumi itu bulat.
5. zona waktu 24 jam. Ketika siang di Hawaii, adalah sekitar tengah malam di Timur Tengah dan sebaliknya. Bagaimana bisa siang dan tengah malam bersamaan? Hal ini tentu tidak mungkin dengan bumi yang datar dan matahari jutaan kali lebih besar.
6. Selama gerhana bulan, bayangan bumi diproyeksikan di bulan ini selalu bulat. Jika bumi itu datar, maka proyeksi ini tidak akan selalu menjadi lingkaran (bisa merosot ke baris!). Tapi ini tidak pernah diamati, terlepas dari waktu gerhana bulan. Aristotle (384-322 BCE)
7.Eratosthanes (276-195 (?) SM) melakukan percobaan yang terkenal pada pengukuran sudut matahari di siang hari di Alexandria, Mesir, dan di Syrene. Menemukan perbedaan dalam sudut dan mengetahui jarak antara dua titik, keliling dapat dihitung. Dia menghitung keliling di stadia, yang kita tidak tahu konversi untuk mengukur hari kita saat ini.
8.Jika Anda melakukan perjalanan ke utara atau selatan jarak signigicant, Anda akan melihat berbeda bintang di malam hari. Ini tidak akan terjadi pada permukaan yang rata.
9. Ketika kapal menempatkan keluar untuk melihat, mereka tenggelam di bawah cakrawala secara bertahap. lambung Pertama terbenam, maka hanya tiang-tiang yang bisa dilihat,
10. Ada pasang surut di lautan, yang dapat Anda lihat di pantai, berulang setiap 24 jam atau lebih.
11. Gambar dari ruang untuk satu, hukum gravitasi selama dua cakrawala melengkung selama tiga - belum lagi pesawat yang terbang dan kapal-kapal yang berlayar di seluruh dunia secara teratur.
12. Bumi memiliki lengkung yang pasti (sp). Satu dapat menentukan posisi umum di bumi memperbaiki dengan poin bintang. lingkar bumi (Dalam km)



Bukti Bumi kita bulat yaitu:
  1. Kapal bergerak muju pelabuhan yang tampak paling dulu adalah tiangnya.
  2. Kapal yang meninggalkan pelabuhan,Badan kapal terlihat akan lenyap lebih dulu.
  3. pada saat matahari terbit,tempat yang tinggi seperti puncak pohon mendapat sinar matahari terlebih dahulu.
  4. awan dan gunung yang tinggi masih kelihatan terang walaupun matahari baru terbenam
  5. pada bulan desember 1972,pesawat ruang angkasa Apollo 12 berhasil membuat potret bumi
  6. pada waktu gerhana bulan,bayangan bumi yang jatuh pada bulan kelihatan bulat berbentuk seperti lingkaran
  7. batas pandangan kita berbentuk lingkaran,jika kita berada ditempat yang lebih tinggi.


Pada tahun 1616, Galileo berpendapat bahwa bumi itu bulat, bukan datar seperti yang dipahami gereja pada waktu itu. Dalam karyanya Banding ke Grand Duchess, Galileo kokoh menyerang pengikut Aristoteles. Dalam karyanya yang dialamatkan kepada Grand Duchess Christina dari Lorraine, ia mengkritik pernyataan dari Kitab Suci yang mengakatan bahwa bumi itu datar karena bertentangan dengan fakta fisis yang dapat dibuktikan dengan ilmu matematika. Dalam buku ini, Galileo cukup jelas menyatakan bahwa teori Copernican bukan hanya alat perhitungan matematika, tapi merupakan suatu kenyataan fisik :

Saya berpendapat bahawa Matahari terletak di pusat dan tidak mengubah tempat, dan bahwa Bumi berputar pada dirinya sendiri dan bergerak di sekelilingnya.
Persoalan tentang bumi itu bulat sebenarnya sudah diketahui oleh banyak orang sejak lama, bahkan ilmu astronomi kuno sudah mengetahuinya, yang mungkin juga dipengaruhi oleh filsuf Yunani, Pythagoras (570 SM), dan Aristoteles (427-247 SM) yang mengajarkan bahwa: - Tiap-tiap bagian di bumi cenderung menuju ke arah pusat dan dengan tekanan dan pemusatan mereka membentuk suatu lapisan. Dengan ditemukannya benua Amerika oleh Christopher Colombus (1492), maka juga sudah dibuktikan bahwa bumi itu bulat di abad ke 15, sekitar seabad sebelum kasus Galileo. Maka Gereja Katolik, yang tidak pernah menentang ilmu pengetahuan, juga tidak mengajarkan bahwa bumi itu rata. Tetapi dalam alkitab juga (Yes 40:22) mengatakan bahwa bumi itu bulat.
Namun, setelah teori Galileo ini diungkapkan, muncul berbagai pihak yang menentang pernyataan tersebut. Yang pertama-tama menentang Galileo dengan menggunakan Alkitab adalah seorang bernama Lodovico delle Colombe, yang kemudian mendapat dukungan dari imam Dominikan, Tommaso Caccini (1614), walaupun pada saat itu banyak tokoh Gereja Katolik malah sebenarnya mendukung percobaan Galileo, terutama kaum Jesuit. Pandangan Gereja Katolik yang resmi akhirnya disampaikan oleh Kardinal Robertus Bellarminus, yang mengatakan demikian:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar